1. Tindakan
BI sebagai pelaksa kebijaksanaan moneter pada saat inflasi?
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan
uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu; seperti
menahan inflasi,
mencapai pekerja penuh atau lebih
sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau
bahkan bertindak sebagai peminjam
usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi
dengan pemerintah lain.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu
kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan
eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi
makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan
kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang.
Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan
moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh
kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian
ditransfer pada sektor riil
Tujuan
Kebijakan Moneter Bank Indonesia
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU
No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia.Hal yang dimaksud dengan
kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga
barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,
sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan
inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework)
dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran
kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan
sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan
nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan
untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.Dalam pelaksanaannya, Bank
Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter melalui
penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan
tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh
Pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran
moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar
terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat
diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau
pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara pengendalian
moneter berdasarkan Prinsip Syariah.
Proses Pengambilan Keputusan untuk Penetapan
Kebijakan Moneter
Rapat Dewan Gubernur (RDG)
Penetapan respon kebijakan moneter di Bank Indonesia
dilakukan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG). Rapat tersebut diadakan pada minggu
pertama setiap bulannya, guna melakukan asesmen menyeluruh terhadap perkembangan
kondisi makroekonomi dan kebijakan terkini, serta proyeksi ekonomi ke depan,
termasuk inflasi.
RDG dinyatakan sah apabila dihadiri
sekurang-kurangnya oleh lebih dari separuh anggota Dewan Gubernur. Pengambilan
keputusan Rapat Dewan Gubernur dilakukan atas dasar musyawarah untuk mencapai
mufakat. Apabila mufakat tidak tercapai, Gubernur menetapkan keputusan akhir.
Namun demikian, apabila dalam keadaan darurat dan
RDG tidak dapat diselenggarakan karena jumlah anggota Dewan Gubernur yang hadir
tidak memenuhi ketentuan, Gubernur atau sekurang-kurangnya 2 (dua) orang
anggota Dewan Gubernur dapat menetapkan kebijakan dan/atau mengambil keputusan.
Guna meningkatkan kredibilitas dan transparansi
kebijakan moneter, jadwal penetapan respon kebijakan moneter diumumkan
kepada publik setiap awal tahun.
Sasaran akhir kebijakan moneter BI di masa depan
pada dasarnya lebih
diarahkan untuk menjaga inflasi. Pemilihan inflasi
sebagai sasaran akhir ini sejalan
pula dengan kecenderungan perkembangan terakhir
bank-bank sentral di dunia,
dimana banyak bank sentral yang beralih untuk lebih
memfokuskan diri pada upaya
pengendalian inflasi. Alasan yang mendasari
perubahan tersebut adalah, pertama,
bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa dalam jangka
panjang kebijakan moneter
hanya dapat mempengaruhi tingkat inflasi, kebijakan
moneter tidak dapat
mempengaruhi variabel riil, seperti pertumbuhan
output ataupun tingkat
pengangguran. Kedua, pencapaian inflasi rendah
merupakan prasyarat bagi
tercapainya sasaran makroekonomi lainnya, seperti
pertumbuhan pada tingkat
kapasitas penuh (full employment) dan penyediaan
lapangan kerja yang seluasluasnya. Ketiga, yang terpenting, penetapan tingkat
inflasi rendah sebagai tujuan
akhir kebijakan moneter akan menjadi nominal anchor
berbagai kegiatan ekonomi.
Strategi yang digunakan oleh BI dalam mencapai
sasaran inflasi yang rendah adalah
:
- mengkaji efektivitas instrumen moneter dan jalur
transmisi kebijakan moneter.
- menentukan sasaran akhir kebijakan moneter.
- mengidentifikasi variabel yang menyebabkan
tekanan-tekanan inflasi.
- memformulasikan respon kebijakan moneter.
Dapat ditambahkan bahwa laju inflasi yang diperoleh
dari indeks harga konsumen
(IHK) sebagai sasaran akhir dan laju inflasi inti
(core atau underlying inflation)
sebagai sasaran operasional.
Kebijakan moneter untuk mengendalikan jumlah uang
yang beredar dalam masyarakat dalam rangka mengatasi inflasi antara lain
sebagai berikut.
1) Politik diskonto (discount policy)
Bank sentral dapat menjalankan pengaruhnya atas jumlah uang yang beredar dengan jalan menaikkan atau menurunkan suku bunga (diskonto). Dengan menaikkan suku bunga, maka dapat mengurangi jumlah uang beredar. Sebaliknya jika suku bunga turun dapat menambah jumlah uang yang beredar. Jadi, politik diskonto adalah kebijakan bank yang berhubungan dengan perubahan tingkat suku bunga.adalah kebijakan yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan surat
berharga.
2) Politik pembatasan kredit (plafon credit policy)
Dengan politik ini kredit yang akan diberikan kepada masyarakat dilakukan pemilihan atau seleksi dan menentukan mana yang sangat memerlukan. Kredit yang diberikan lebih dahulu ditentukan pembatasan banyaknya kredit (kuantitas) dan sifat kredit (kualitas), sehingga dapat memengaruhi peredaran jumlah uang di masyarakat.
Jadi, politik pembatasan kredit adalah membatasi pemberian pinjaman atau kredit kepada masyarakat.
3) Politik uang ketat (tight money policy) artinya kebijakan untuk mengurangi banyaknya jumlah uang yang beredar.
4) Politik cadangan kas (cash ratio policy)
Bank sentral dapat menentukan jumlah cadangan kas minimum yang harus ada di bank-bank umum, dengan tujuan agar kredit yang diberikan kepada masyarakat dapat dikendalikan, sehingga dapat memengaruhi jumlah uang beredar.
Jadi, politik cadangan kas adalah kebijakan yang berhubungan dengan perbandingan antara kas dengan kredit yang diberikan kepada masyarakat.
1) Politik diskonto (discount policy)
Bank sentral dapat menjalankan pengaruhnya atas jumlah uang yang beredar dengan jalan menaikkan atau menurunkan suku bunga (diskonto). Dengan menaikkan suku bunga, maka dapat mengurangi jumlah uang beredar. Sebaliknya jika suku bunga turun dapat menambah jumlah uang yang beredar. Jadi, politik diskonto adalah kebijakan bank yang berhubungan dengan perubahan tingkat suku bunga.adalah kebijakan yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan surat
berharga.
2) Politik pembatasan kredit (plafon credit policy)
Dengan politik ini kredit yang akan diberikan kepada masyarakat dilakukan pemilihan atau seleksi dan menentukan mana yang sangat memerlukan. Kredit yang diberikan lebih dahulu ditentukan pembatasan banyaknya kredit (kuantitas) dan sifat kredit (kualitas), sehingga dapat memengaruhi peredaran jumlah uang di masyarakat.
Jadi, politik pembatasan kredit adalah membatasi pemberian pinjaman atau kredit kepada masyarakat.
3) Politik uang ketat (tight money policy) artinya kebijakan untuk mengurangi banyaknya jumlah uang yang beredar.
4) Politik cadangan kas (cash ratio policy)
Bank sentral dapat menentukan jumlah cadangan kas minimum yang harus ada di bank-bank umum, dengan tujuan agar kredit yang diberikan kepada masyarakat dapat dikendalikan, sehingga dapat memengaruhi jumlah uang beredar.
Jadi, politik cadangan kas adalah kebijakan yang berhubungan dengan perbandingan antara kas dengan kredit yang diberikan kepada masyarakat.
Peran bank sentral
Bank sentral memainkan peranan penting
dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha
mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral
bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak
boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral -termasuk pemerintah. Hal
ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang
independen -- salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan
menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian -- akan mendorong
tingkat inflasi yang lebih tinggi.
Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau
tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam
mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan
tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah
mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun
eksternal (kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak
diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank
Indonesia
2. Faktor
penyebab timbulnya perdagangan Internasional?
Faktor Penyebab terjadinya perdagangan Internasional
1. Perbedaan dalam memproduksi barang
Satu negara tidak dapat memproduksi barang tertentu.
2. Negara tidak dapat memproduksi barang sesuai dengan permintaan masyarakat
Kadang kala masyarakat tidak menyukai barang yang diproduksi oleh negaranya sendiri. Misalnya saja masyarakat Indonesia, mereka tidak puas memakai barang produksi dalam negeri.
Masyarakat Indonesia lebih menyukai memakai barang impor dari negara lainnya, misalnya sepatu, tas, dan baju yang lebih bermerk.
3. Produksi dalam negeri yang tidak seimbang dengan permintaan pasar.
Persediaan barang dan permintaan pasar disetiap negara yang tidak seimbang. (Liang, 1999)
1. Perbedaan dalam memproduksi barang
Satu negara tidak dapat memproduksi barang tertentu.
2. Negara tidak dapat memproduksi barang sesuai dengan permintaan masyarakat
Kadang kala masyarakat tidak menyukai barang yang diproduksi oleh negaranya sendiri. Misalnya saja masyarakat Indonesia, mereka tidak puas memakai barang produksi dalam negeri.
Masyarakat Indonesia lebih menyukai memakai barang impor dari negara lainnya, misalnya sepatu, tas, dan baju yang lebih bermerk.
3. Produksi dalam negeri yang tidak seimbang dengan permintaan pasar.
Persediaan barang dan permintaan pasar disetiap negara yang tidak seimbang. (Liang, 1999)
Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Perdagangan
Internasional
Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, di antaranya sebagai berikut :
* Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri
* Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
* Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi
* Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut.
* Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi.
* Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, di antaranya sebagai berikut :
* Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri
* Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
* Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi
* Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut.
* Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi.
* Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Perdagangan
Internasional
Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, di antaranya sebagai berikut :
* Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri
* Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
* Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi
* Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut.
* Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi.
* Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang
Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, di antaranya sebagai berikut :
* Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri
* Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
* Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi
* Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut.
* Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi.
* Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang
Faktor – faktor terjadinya perdagangan
internasional.
Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan
perdagangan internasional, di antaranya sebagai berikut :
Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam
negeri
Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan
pendapatan negara
Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi
Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu
pasar baru untuk menjual produk tersebut.
Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam,
iklim, tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya
perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi.
Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan
dukungan dari negara lain.
Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu
negara pun di dunia dapat hidup sendiri.
Perdagangan internasional bukan hanya bermanfaat di
bidang ekonomi saja. Manfaatnyadi bidang lain pada masa globalisasi ini juga
semakin terasa. Bidang itu antara lain politik, sosial, dan pertahanan
keamanan. Di bidang ekonomi, perdagangan internasional dilakukan semua negara
untuk memenuhikebutuhan rakyatnya. Negara dapat diibaratkan manusia, tidak ada
manusia yang bisahidup sendiri, tanpa bantuan orang lain. Begitu juga dengan
negara, tidak ada negara yangbisa bertahan tanpa kerja sama dengan negara lain.
Negara yang dahulu menutup diri dariperdagangan internasional, sekarang sudah
membuka pasarnya. Misalnya, Rusia, China, danVietnam. Perdagangan internasional
juga memiliki fungsi sosial. Misalnya, ketika harga bahanpangan dunia sangat
tinggi. Negara-negara penghasil beras berupaya untuk dapat mengekspornya.
Beberapa hal yang mendorong terjadinya perdagangan
internasional, sebagai berikut.
a. Terwujudnya kemakmuran bagi masyarakat.
Adanya kegiatan ekspor, impor diarahkan untuk dapat
meningkatkan masyarakat, sehingga terciptalah kemakmuran bagi masyarakat.
Kegiatan ekspor tetap ditingkatkan.
b. Perbedaan sumber daya alam.
Perbedaan sumber daya alam misalnya Indonesia kaya
karet, kopi, teh, beras dan lain-lain. Negara lain misalnya Jepang punya mobil
Toyota, oleh karena masing-masing saling membutuhkan barang-barang tersebut
maka terjadilah perdagangan internasional.
c. Adanya Spesifikasi
Adanya spesifikasi memungkinkan lebih efisiennya
biaya produk, sehingga harga lebih murah walaupun suatu negara dapat
menghasilkan sendiri, tetapi karena negara lain dipandang lebih murah maka hal
ini dapat menyebabkan terjadinya perdagangan internasional.
d. Selera
Karena masyarakat Indonesia menginginkan (berselera)
terhadap apel Amerika Serikat maka mengimpornya, padahal pemerintah Indonesia
mampu menghasilkan buah-buahan. Demikian pula sebaliknya bagi masyarakat di
luar negeri yang menginginkan/membutuhkan barang dari Indonesia.
e. Perbedaan Teknologi
Banyak negara yang sudah memiliki teknologi canggih,
sebaliknya juga tidak jarang yang teknologinya rendah. Perbedaan teknologi yang
dimiliki suatu negara akan mendorong terjadinya perdagangan internasional.
Faktor-faktor yang mendorong terjadinya perdagangan antarnegara, diantaranya . (a) Keanekaragaman kondisi produksi, (b) penghematan biaya produksi/spesialisasi, dan (c) perbedaan selera.
(a) Keanekaragaman Kondisi Produksi
Keanekaragaman kondisi produksi merujuk kepada potensi
faktor-faktor produksi yang dimiliki suatu negara. Contohnya Indonesia,
memiliki potensi besar dalam memproduksi barang-barang hasil pertanian. Dengan
kata lain, melalui perdagangan, suatu negara dapat memperoleh barang yang tidak
dapat dihasilkannya di dalam negeri.
(b) Penghematan Biaya Produksi/Spesialisasi
Perdagangan internasional memungkinkan suatu negara
memproduksi barang dalam jumlah besar, sehingga menghasilkan increasing returns
to scale atau biaya produksi rata-rata yang semakin menurun ketika jumlah
barang yang diproduksi semakin besar. Jadi, apabila suatu negara
berspesialisasi memproduksi barang tertentu dan mengekspornya, biaya produksi
rata-ratanya akan turun.
(c) Perbedaan Selera
Sekalipun kondisi produksi di semua negara adalah
sama, namun setiap negara mungkin akan melakukan perdagangan jika selera mereka
berbeda. Contohnya, Norwegia mengekspor daging dan Swedia mengekspor ikan.
Kedua negara akan memperoleh keunggulan dari perdagangan ini dan jumlah orang
yang berbahagia meningkat.
3. Ciri
suatu negara berhasil melakukan pembangunan?
Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
Dalam bukunya ‘Teori Pembangunan Dunia Ketiga’, Arief
Budiman mengemukakan tolak ukur atau
indikator yang bisa dijadikan landasan berhasil tidaknyapembangunan di
suatu negara, termasuk Indonesia, teori tersebut antara lain
a. Kekayaan rata-rata
Pembangunan dimaknai dalam arti pertumbuhan ekonomi.
Sebuah masyarakat dinilai berhasil melaksanakan pembangunan bila pertumbuhan
ekonomi masyarakat tersebut cukup tinggi. Jadi yang diukur adalah
produktivitas masyarakat atau negara tersebut tiap tahunnya. Dalam bahasa
teknis ekonominya GNP (Gross National Product ) dan PDB atau GDP (Product
Domestik Bruto atau Gross Domestic Product). Pembangunan di sini
diartikan sebgai jumlah kekayaan keseluruhan sebuah bangsa atau negara
b. Pemerataan
Bangsa atau negara yang berhasil melakukan
pembangunan adalah bangsa atau negara selain mempunyai produktivitas yang
tinggi, tetapi penduduknnya juga makmur dan sejahtera secara relatif merata.
Tidak semua negara yang berhasil meningkatkan PNB/kapitanya berhasil juga dalam
meratakan hasil-hasil pembangunannya. Demikian juga tidak semua negara yang
masih rendah PNB/kapitanya menunjukkan ketimpangan yang tinggi dalam hal
pemerataan.
c. Kualitas kehidupan
Salah satu cara untuk mengukur kesejahteraan
penduduk sebuah negara adalah dengan menggunakan tolok ukur PQLI (Physical
Quality of Life Index ). Tolok ukur ini diperkenalkan oleh Moris yang
mengukur tiga indikator yaitu:
· rata-rata harapan hidup setelah umur satu
tahun
· rata-rata jumlah kematian bayi
· rata-rata prosentasi buta dan melek huruf.
d. Kerusakan lingkungan
Sebuah negara yang tinggi produktivitasnya dan
merata pendapatan penduduknya, bisa saja berada dalam sebuah proses untuk
menjadi miskin. Hal ini misalnya, pembangunan yang menghasilkan produktivitas
yang tinggi itu tidak mempedulikan dampak terhadap lingkungannya. Lingkungannya
semakin rusak. Kriteria keberhasilan pembangunan yaitu faktor kerusakan
lingkunagan sebagai faktor yang menentukan.
e. Keadilan Sosial dan kesinambungan
Pembangunan yang berhasil mempunyai unsur :
· Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
· Berkesinambungan : tidak terjadi kerusakan
sosial dan alam
4. Apakah inflasi selalu merugikan?
Inflasi tidak selalu berdampak merugikan karena, inflasi
memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya
inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif
dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan
mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada
saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi),
keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang
menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi danproduksi karena
harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai
negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan
kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi
semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang
memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang
pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun
kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak
lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang
mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha,
tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang
bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin
menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga,
namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila
orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan
sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh
dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur),
inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur,
nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau
pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang
pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat
menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan
biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk
melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun,
bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan
produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa
menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup
mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya
terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan
berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga,
mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan
pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya
tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Beberapa dampak inflasi terhadap 3 aspek :
1.Dampak Inflasi terhadap Pendapatan
Inflasi dapat mengubah pendapatan masyarakat.
Perubahan dapat bersifat menguntungkan atau merugikan. Pada beberapa kondisi (kondisi
infasi lunak), inflasi dapat mendorong parkembangan ekonomi. Inflasi dapat
mendorong para pengusaha memperluas produksinya. Dengan demikian, akan tumbuh
kesempatan kerja baru sekaligus bertambahnya pendapatan seseorang. Namun, bagi
masyarakat yang berpenghasilan tetap Inflasi akan menyebabkan mereka
rugi karena penghasilan yang tetap itu jika ditukarkan dengan barang dan
jasa akan semakin sedikit.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut!
Sebelum infiasi, orang yang menerima penghasilan Rp 100.000 dapat membeli 100
kg beras seharga Rp 1000,00 per kg. Karna inflasi, maka harga beras yang semula
naik, menjadi Rp 1.250,00 per kg. Oleh karena nilai beli uang Rp 100.000,00
jika ditukarkan dengan beras kini hanya menjadi 80 kg. Dari ilustrasi
tersebut, diketahui ada penurunan nilai tukar
sebesar 20 kg (100 kg — 80 kg). Sebaliknya, orang yang berutang akan beruntung.
Anggaplah seorang petani mempunyai utang Rp100.000,00. Sebelum Inflasi, petani
itu harus menjual beras 100 kg untuk membayar utangnya. Tetapi setelah inflasi
harga beras menjadi Rp 1.250,00 per kg, sehingga petani tersebut cukup menjual
80 kg untuk membayar utangnnya sebesar Rp 100.000,00.
2. Dampak Inflasi terhadap Ekspor
Pada keadaan Inflasi, daya saing untuk barang ekspor berkurang. Berkurangnya daya saing terjadi karena harga barang ekspor makin mahal. Masih dapat menyulitkan para eksportir dan negara. Negara mengalami kerugian karena daya saing barang ekspor berkurang, yang mengakibatkan jumlah penjualan berkurang. Devisa yang diperoleh juga semakin kecil.
Pada keadaan Inflasi, daya saing untuk barang ekspor berkurang. Berkurangnya daya saing terjadi karena harga barang ekspor makin mahal. Masih dapat menyulitkan para eksportir dan negara. Negara mengalami kerugian karena daya saing barang ekspor berkurang, yang mengakibatkan jumlah penjualan berkurang. Devisa yang diperoleh juga semakin kecil.
3.Dampak Inflasi terhadap Minat Orang untuk Menabung
Pada masa inflasi, pendapatan rill para penabung berkurang karena jumlah bunga yang diterima pada kenyataannya berkurang karena laju Inflasi. Misalnya, bulan Januari tahun 2006 seseorang menyetor uangnya ke bank dalam bentuk deposito dalam satu tahun. Deposito tersebut menghasilkan bunga sebesar, misalnya, 15% per tahun. Apabila tingkat Inflasi sepanjang Januari 2006 - Januari 2007 cukup tinggi, katakanlah 11%, maka pendapatan dari uang yang didepositokan tinggal 4%. Minat orang untuk membung akan berkurang.
Pada masa inflasi, pendapatan rill para penabung berkurang karena jumlah bunga yang diterima pada kenyataannya berkurang karena laju Inflasi. Misalnya, bulan Januari tahun 2006 seseorang menyetor uangnya ke bank dalam bentuk deposito dalam satu tahun. Deposito tersebut menghasilkan bunga sebesar, misalnya, 15% per tahun. Apabila tingkat Inflasi sepanjang Januari 2006 - Januari 2007 cukup tinggi, katakanlah 11%, maka pendapatan dari uang yang didepositokan tinggal 4%. Minat orang untuk membung akan berkurang.
sumber :
h.
http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2236903-faktor-faktor-dan-macam_macam-terjadinya/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar